Staf Akademik
Masjur-Online.com – Berperawakan kecil dan tua tidak menjadi penghalang untuk bapak yang satu ini dalam melakukan tugasnya. Sore itu sebelum wawancara, beliau masih bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan terakhirnya membersihkan ruangan bank Mandiri kampus IT Telkom.
Pak Mumun yang tahun ini menginjak usia 64 tahun merupakan karyawan cleaning service IT Telkom. Meskipun sudah tidak berada dalam usia yang produktif lagi, beliau masih terlihat kuat dan sehat untuk menjalani pekerjaannya yang terbilang tidak ringan.
Menghabiskan 19 tahun waktunya untuk bekerja di IT Telkom, Pak Mumun bercerita suka duka mengenai pekerjaannya. Beliau mengatakan kalau dulu ketika musim hujan berlangsung maka beliau akan bersusah payah menuju kampus karena terjebak banjir, serta dulu kondisi keadaan kampus masih terlihat gersang karena belum banyak pepohonan besar.
Pak Mumun juga berkomentar mengenai kepedulian mahasiswa IT Telkom, “dulu, banyak mahasiswa yang mau berkenalan langsung dengan kami para cleaning service. Berbicara atau sekedar menyapa. Kalau sekarang mahasiswa sudah pada tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.” ucap beliau.
Berbicara mengenai upah yang didapat dari hasil bekerja, beliau mengaku bahwa gaji yang diterima saat ini berada dibawah UMR (Upah Minimun Regional). Beliau hanya mendapat upah Rp 27.000/hari. Masa kerja setiap bulan sekitar 25 hari (Sabtu,Minggu dan hari libur tidak dihitung). Jadi setiap bulannya beliau hanya mendapat upah Rp 675.000.
Saat ini beliau tinggal bersama seorang istri dan 5 orang cucunya. Jelas saja dengan kondisi seperti itu beliau harus mampu memutar uang agar bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan untuk cucu-cucunya. Terkadang beliau harus meminjam di koperasi karyawan kampus dan akan melunasinya bulan depan. Selain itu,pak Mumun juga harus mengayuh sepeda setiap harinya selama 1 jam untuk menempuh perjalan dari rumah menuju kampus. “Kalau saya maksa untuk naik angkot dari rumah ke kampus bisa-bisa gaji saya habis di ongkos. Rp 6.000 untuk pulang pergi mending untuk makan keluarga” ujar pak Mumun sambil tersenyum.
Pak Mumun juga bercerita mengenai masa mudanya. Beliau yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sempat bekerja di salah satu apotek di Jakarta. Disanalah beliau bertemu dengan seorang wanita yang telah menjadi istrinya hingga saat ini. Beliau juga sempat berjualan di terminal bus Soreang, Bandung.
Meski sudah tua, pak Mumun tidak memiliki riwayat penyakit yang terlalu serius. Hanya saja beliau menderita asma beberapa tahun belakangan ini yang akan kambuh jika cuaca sudah terlalu dingin.
Semangat pak Mumun seharusnya menjadi contoh untuk kita sebagai generasi muda. Bukan hanya semangatnya tapi juga caranya untuk selalu bersyukur dengan keadaan yang terbatas seperti itu. “Bapak mah selagi mampu akan terus kerja. Masalah uang itu Allah sudah mengatur rezeki kita masing-masing.“ ujar pak Mumun mengakhiri perbincangan.(W.R)